Kamis, 01 November 2012

Penghematan Energi dan Dampaknya kepada APBN

Penghematan Energi dan Dampaknya kepada APBN | Anggaran Negara (APBN) berpeluang mendekati 3 persen karena krisis Eropa. Namun dengan penghematan energi yang dilakukan bersama-sama, dapat diturunkan menjadi 2,3 persen. Menteri Keuangan menyampaikan bahwa menjaga sisi fiskal dari perekonomian kita saat ini adalah dengan cara menghemat energi untuk mengendalikan defisit anggaran. Hampir Rp300triliun dari APBN hanya digunakan untuk subsidi BBM dan listrik. Ini yang semestinya disadari juga oleh seluruh elemen masyarakat. Bahwa penggunaan BBM dan listrik itu tidak sepenuhnya dibayar oleh masyarakat. Penghematan energi yang sedang digencarkan sejak Mei 2012 amat membantu untuk menekan tingginya angka subsidi yang berimbas kepada anggaran negara (APBN).


Lebih naas lagi karena subsidi yang amat besar itu 77 persen jatuh kepada pihak yang semestinya tidak mendapatkan. Seperti subsidi BBM premium yang sampai sekarang belum jelas pembagian siapakah yang semestinya mendapatkan. Tentunya ini akan menambah defisit anggaran negara. Energi berupa BBM dan listrik itu amat dibutuhkan, hanya saja penggunaannya dapat dikontrol dan menjadi gerakan sadar dan hemat energi. 

Subsidi yang besar itu dapat dihemat dan kemudian dialihkan ke pembangunan infrastruktur negara. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam upaya penghematan massal energi agar membantu menekan defisit anggaran adalah mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap minyak bumi. Ketergantungan terhadap minyak harus segara dikurangi mengingat minyak semakin langka dan membuat harga nya menjadi mahal. Pengalihan APBN yang awalnya untuk subsidi BBM dapat juga dialihkan untuk pembangunan atau penelitian energi alterntif yang nantinya menjadi solusi ketergantungan BBM. Hanya saja, perlu digaris bawahi bahwa perlu adanya monitoring dan controlling yang jelas dari kementrian terkait apabila ada pengalihan APBN dari subsidi energi ke pembangunan infrastruktur maupun kepada penelitian energi alternatif. 


Tingkat subsidi terhadap BBM semakin hari semakin naik mengingat harga minyak dunia yang juga semakin naik. Ini tentunya tidak sehat bagi APBN negara. Sehingga perlu adanya energi alternatif menggantikan BBM agar tidak terjadi pergolakan ekonomi. Pergolakan ekonomi yang berlebihan dapat menyebabkan inflasi, kesejahteraan masyaraat merosot, pengangguran semakin banyak karena PHK. Maka karena hal itu pemerintah juga harus mengeluarkan dana untuk menetralkan stabilitas fiskal. 


Trade off yang terjadi ini nampaknya harus dimulai dengan langkah konkrit pemerintah untuk membuat masyarakat menghemat energi dan pemerintah bertanggung jawab dengan menyediakan energi alternatif. Agar nantinya subsidi dari APBN tidak hanya berkisar kepada subsidi energi –yang dimana sampai saat ini masih salah sasaran- dan mulai menyasar kepada subsidi non energi seperti subsidi pangan, pupuk, benih yang itu lebih menyasar kepada golongan strata msyarakat tertentu dan menjadi tepat sasaran.
Sumber : Departemen Kajian Strategis BEM FEB UGM