http://media.onsugar.com dan http://suzannita.wordpress.com |
Merasa iba dengan anak kecil itu, saya pun bilang pada penjual agar dia dulu yang dilayani karena dia sudah mengantri sebelum saya datang. Alhasil penjual pun melayaninya dan anak kecil yang kukira membeli permen atau jajanan ternyata membeli bahan-bahan sembako yang nilainya Rp 76.500.
Terjadilah percakapan antara saya dengan anak kecil itu.
Saya: "banyak sekali uangmu? Disuruh siapa?"Karena jalan pulang kami searah maka saya mengajak dia pulang bersama dan diapun mau. Di perjalanan pulang dia mengucapkan terimakasih dan bercerita kalau dia sudah mengantri pada urutan kedua dari 10 pembeli termasuk saya. Tetapi dia dilayani paling akhir dan dia juga merasa kesal pada penjualnya karena tidak dihiraukan keberadaannya. Sampailah dia pulang dirumah dan tepat di depan pintu ibunya menghadang dan langsung memarahi dia karena terlalu lama beli, dia pun hampir menangis. Tapi saya datang dan menceritakan kenapa dia lama dan pada akhirnya ibunya meminta maaf padanya karena telah memarahinya.
dia: "disuruh ibu saya"
saya: "siapa nama ibumu?"
dia: "bu tri lestari"
saya: "oh iya, yang baru pindahan kan?"
dia: "iya".
Dari kejadian tadi saya pun sempat mengambil pelajaran yang sangat berharga yaitu "hargailah yang kecil". Anak kecil tadi yang membeli senilai Rp 76.500 dan datang awal tetapi dijual akhir. Namun saya yang membeli senilai Rp 8000 dan datang akhir dijual duluan. Bukankah masih berharga yang 76.500??. Contoh yang lainnya adalah jam tangan, ada bagian-bagian yang kecil dari jam tangan, tetapi bagian-bagian yang kecil ini justru menjadi inti dari jam itu.
"hargailah sesuatu yang kecil yang sering dianggap tak berarti lagi bernilai"