Indonesia adalah salah satu negara yang paling aktif di dalam media sosial (medsos) Twitter. Salah satu faktor penting dalam penetrasi tersebut adalah semakin terdistribusinya gadget.
Adapun dalam konteks 'Twitter Advertising', sekarang sudah mulai marak penggunaan Twitter bot (Twitbot). Apakah Twitbot itu? Apakah ia dapat berfungsi dengan baik dalam mengiklankan suatu produk?
Twitbot Adalah Pengkondisian Operan
Pada dasarnya, secara teknologi, Twitbot adalah akun Twitter yang beroperasi secara otomatis. Sebuah Twitbot sudah diprogram untuk men-search dan merespons keyword tertentu, yang ditwitkan oleh Twitter user lain.
Twitbot juga bekerja dengan prinsip pengkondisian operan, yaitu mengulang-ulang pesan dan/atau mentionyang sama dalam waktu tertentu, sehingga dapat mempengaruhi akun lain.
Dengan kata lain, Twitbot adalah mekanisasi dan automatisasi dari aksi sebuah akun Twitter. Di sisi lain, Twitbot sebagai aparat mekanis, sangat berguna untuk keperluan iklan/advertising, karena tidak diperlukan intervensi manusia terlalu banyak, sehingga sangat cost efficient.
Repetisi pesan yang berulang-ulang akan sangat mudah dicerna oleh user, yang haus akan informasi dan hal-hal baru.
Namun, jika Twitbot digunakan sebagai tujuan bagi dirinya sendiri, alias tidak ada interaksi dua arah dengan user, maka hal ini dapat berpotensi menimbulkan ketidak puasan. Pengguna medsos sekarang semakin cerdas, dan dapat memfilter dengan baik, informasi mana yang bermanfaat bagi mereka.
Twitbot dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti mengiming-imingi user dengan hadiah, dan menciptakan akun palsu yang memuji akun lain, supaya akun yang dipuji bertambah followernya.
Yang paling berbahaya dari semua bot, adalah akun yang suka minta difollow, dengan iming-iming akan diberi tautan ke situs porno. Padahal dapat saja diarahkan ke situs yang ada malware dan virus.
Jika Twitbot akhirnya digunakan untuk kepentingan spamming, maka ini dapat mengurangi tingkat keamanan di Twitterland.
Ada pendapat menyatakan, bahwa teknik terbaik dalam digital marketing di socmed adalah berinteraksi langsung dengan user lain secara manual, bukan bot.
Bahkan Surav seorang pakar media sosial, lebih tegas lagi menyatakan bahwa Twitbot, yang dapat diselewengkan untuk kepentingan spamming, dapat menjatuhkan kredibiltas media sosial di hadapan usernya.
Namun Twitbot sebagai teknologi tidaklah mungkin dapat menghilang atau dihindari. Oleh karena itu, ada baiknya diciptakan suatu bot yang lebih spesifik, yang pada akhirnya me-lead user potensial, yang memang tertarik dengan produk yang diiklankan tersebut, untuk menerima interaksi dua arah dengan manusia secara manual.
Sebab satu hal yang seyogyanya dipegang teguh, seharusnya Twitter adalah situs sosial interaktif, dimana user dapat berinteraksi satu sama yang lain, dan saling mengkomunikasikan ide mereka.
Technology Evangelist & Kehangatan Komunitas
Di sisi lain, perlu ditekankan, bahwa Buzzer tidak selalu sama dengan Twitbot. Buzzer yaitu akun yang mempromosikan produk tertentu, umumnya diadminkan oleh technology evangelist atau 'pendakwah teknologi'.
Mereka umumnya akun yang sangat sadar teknologi, dan selalu siap berinteraksi dengan user lainnya. Mereka juga sadar, bahwa sebuah komunitas seyogyanya dibalut oleh 'kehangatan' dalam komunikasi multi arah, dan bukan komunikasi satu arah yang mekanis.
Dalam konteks ini, Apple dan Google dapat menjadi contoh. Mereka memiliki pasukan Buzzer, yang dapat saja di antara mereka adalah Twitbot. Namun, advertising dalam komunitas mereka dikemas dengan kehangatan, yang pada umumnya ditindaklanjuti dengan kopi darat.
Jadi pada dasarnya, akhirnya tercipta interaksi dua arah antara produsen dan konsumen, bukan mekanis. Tidak mengherankan, karena interaksi yang hangat tersebut, maka kedua komunitas tersebut tidak hanya menjadi sekedar komunitas, tapi sudah menjadi suatu persaudaraan (brotherhood).
Penciptaan 'brotherhood' dalam komunitas IT, seperti yang terjadi pada Apple dan Google, adalah sesuatu yang tidak dapat diciptakan oleh bot mekanis, yang berinteraksi secara satu arah.
Hal tersebut hanya bisa diciptakan dari interaksi dua arah, bahkan multi arah. Kedua korporasi tersebut menjadi besar dan mendapat tempat di hati user, karena mereka sadar bahwa teknologi selalu digerakkan oleh 'man behind the gun', dan tidak semata bergerak di prinsip mekanis yang tanpa jiwa.
Di sini, Twitbot digunakan sebagai tools untuk advertising, dalam rangka menyapa user secara interaktif, dan bukan menjadi tujuan bagi dirinya sendiri yang bersifat mekanis.
Blok & Report as Spam Tak Cukup
Penggunaan Twibot, apabila sudah didegradasi menjadi spammer yang menebar malware dan virus, akan dapat meningkatkan psimisme user terhadap interaksi di media sosial. Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi, jika spammer semakin mewabah.
Pertama, dapat saja media sosial tersebut ditinggalkan secara perlahan oleh usernya, untuk kemudian menggunakan teknologi yang lebih baru.
Kedua, bisa juga akhirnya media sosial semakin memperketat kontrol privasi dan sekuriti, sehingga tercipta medsos yang lebih aman. Hanya saja, pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa kemungkinan pertama yang umumnya terjadi.
Jatuh bangun berbagai korporasi di Silicon Valley, yang membawa berbagai variasi teknologi berbeda, sudah menunjukkan bahwa market sangatlah pragmatis. Alias, mereka selalu 'haus' terhadap berbagai inovasi baru.
Memang pada akhirnya, harus ada advokasi secara intensif, bahwa seyogyanya twitbot tidak disalahgunakan menjadi tools untuk spammer. Semua produk teknologi yang eksis di dunia maya, banyak yang sudah diserang oleh spammer, virus, dan malware.
Kita bisa bandingkan Twitter dengan tools email, yang akhirnya juga 'dibanjiri' oleh sampah-sampah virtual tersebut. Hanya saja, email masih digunakan sampai sekarang, karena teknologi sekuriti yang semakin baik.
Teknik enkripsi dan anti-spam yang membaik, mengakibatkan user masih menggunakan email sampai sekarang. Belajar dari pengalaman email, dititik ini seyogyanya Twitter sebagai penyedia jasa medsos, semakin memperbaiki keamanan dan kenyamanan dari segenap usernya sendiri. Advertising is always ok, but no spamming!
sumber : http://inet.detik.com