Setelah 6 Tahun Tertunda, Akhirnya Film ‘The Grandmaster’ Diluncurkan | Akhirnya, setelah lebih dari enam tahun, film beladiri garapan sutradara China, Wong Kar-wai, The Grandmaster diluncurkan untuk pertamakalinya di Beijing, baru-baru ini.
Film ini mengisahkan beberapa dekade mengenai tokoh beladiri Tiongkok, Ip Man (Yip Man) yang pernah menjadi guru dari Bruce Lee. Kisahnya menampilkan pertarungan dan rivalitas antara para jagoan kung fu.
Wong dikenal berkat filmnya In the Mood for Love (2000).
Di film The Grandmaster ini, ia memasang aktor Hong Kong Tony Leung berduet dengan artis kelahiran Beijing, Zhang Ziyi.
Wong optimistis film The Grandmaster yang masa putarnya selama dua jam, dan banyak bercerita mengenai seni budata beladiri akan diterima di pasar lokal maupun internasional.
“Tak ada yang namanya penonton barat atau timur. Elemen di bioskop ini sama di penjuru dunia. Yang membedakan hanyalah ekspresi mereka,” ungkapnya.
Film ini mengisahkan perjuangan Yip Man di masa kekacauan di China, termasuk saat invasi Jepang pada era 1930-an.
Isu mengenai lama tertundanya film ini dilaporkan terjadi karena adanya syuting ulang sejumlah adegan, termasuk aktor yang mengalami cedera. Namun Wong membantah, kalau film ini dibuat untuk waktu yang lama. “Rasanya seperti baru tiga tahun…kami memang tak menginginkan film ini untuk berakhir,” ungkapnya diplomatis. [suarapembaruan.com-L-9]
Film ini mengisahkan beberapa dekade mengenai tokoh beladiri Tiongkok, Ip Man (Yip Man) yang pernah menjadi guru dari Bruce Lee. Kisahnya menampilkan pertarungan dan rivalitas antara para jagoan kung fu.
Wong dikenal berkat filmnya In the Mood for Love (2000).
Di film The Grandmaster ini, ia memasang aktor Hong Kong Tony Leung berduet dengan artis kelahiran Beijing, Zhang Ziyi.
Wong optimistis film The Grandmaster yang masa putarnya selama dua jam, dan banyak bercerita mengenai seni budata beladiri akan diterima di pasar lokal maupun internasional.
“Tak ada yang namanya penonton barat atau timur. Elemen di bioskop ini sama di penjuru dunia. Yang membedakan hanyalah ekspresi mereka,” ungkapnya.
Film ini mengisahkan perjuangan Yip Man di masa kekacauan di China, termasuk saat invasi Jepang pada era 1930-an.
Isu mengenai lama tertundanya film ini dilaporkan terjadi karena adanya syuting ulang sejumlah adegan, termasuk aktor yang mengalami cedera. Namun Wong membantah, kalau film ini dibuat untuk waktu yang lama. “Rasanya seperti baru tiga tahun…kami memang tak menginginkan film ini untuk berakhir,” ungkapnya diplomatis. [suarapembaruan.com-L-9]