Film 'Mika' Hadirkan Kisah Cinta Skoliosis dan HIV/AIDS | Semua orang punya hak untuk bahagia, termasuk orang yang mengidap penyakit. Hal itu tertuang dalam sebuah film yang mengawali tahun 2013 ini dari sebuah film bertajuk Mika.
Film ini berdasarkan kisah nyata yang diadaptasi dari novel laris berjudul “Waktu Aku Sama Mika” dan “Karena Cinta Itu Sempurna” karangan Indi. Sebuah drama cerita yang menampilkan dilema romantisme antara pasangan kekasih yang masing-masing memilki penyakit cukup kronis.
Sang pria, Mika (Vino G Bastian) terkena HIV/AIDS, dan sang wanita, Indi (Velove Vexia) terkena penyakit langka skoliosis.
Menurut aktris Velove, film tersebut mengangkat kisah kehidupan sehari-hari, tanpa perlu mendikte penonton. Kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping atau biasa disebut skoliosis bisa terjadi pada siapa saja. Hal itu terjadi karena kebiasaan yang kurang baik baik pada duduk, tidur maupun aktivitas lainnya.
“Saya mau berperan dalam film Mika ini karena sangat terasa kesehariannya yang tidak dibuat-buat. Terkadang kita tidak menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan, termasuk tulang belakang. Kisah ini memberi informasi penting karena masih banyak masyarakat yang belum paham akan penyakit skoliosis,” katanya di Berita Satu Plaza, Jakarta, Senin (14/1).
Dalam film hasil produksi Investasi Film Indonesia dan First Media Production yang disutradarai Lasja F. Susatyo, Indi mengalami kelainan tulang yang berbentuk “s” hingga menonjol keluar dengan kemiringan 38 derajat. Sebagai gadis remaja, aktivitasnya menjadi sangat terbatas karena harus mengenakan besi penyangga tubuh (brace) selama 23 jam setiap hari.
Namun hidup Indi yang kelam berubah penuh warna setelah bertemu dengan cowok bernama Mika, meskipun belakangan diketahui ia mengidap penyakit HIV. Film ini juga dibintangi oleh Izur Muchtar, Donna Harun, Dallas Pratama dan Framly Nainggolan.
“Dari film ini, saya jadinya lebih menjaga pola kehidupan sehari-hari. Bahkan demi kesempurnaan film, saya harus menurunkan berat badan hingga 3 kg. Film yang menginspirasi ini juga memberitahu agar kita harus jauh-jauh dari jerat narkoba dan seks bebas,” ungkap bintang “Cewek Gokil” itu.
Film yang berdurasi 108 menit dan diproduseri oleh Adiyanto Sumarjono dan Henry Riady tersebut, menjanjikan persembahan sinema yang sangat menyentuh dan membanggakan bagi industri film Indonesia. Rencananya film Mika akan rilis pada 17 Januari 2013 mendatang di seluruh Indonesia.
Senada dengan itu, Izur menegaskan penyakit skoliosis dan HIV/AIDS bisa terjadi pada pada siapa saja. Hal itu bisa terjadi karena kesalahan yang dibuat. Film ini mengingatkan, orang-orang yang belum beruntung dan terkena penyakit tersebut, jelas membutuhkan perhatian.
”Kita ingin perlihatkan, bahwa semua orang yang belum beruntung punya hak untuk bahagia. Orang yang tidak sempurna pun, bisa berkarya. Di film ini, jelas bahwa Mika berusaha membahagiakan orang lain yakni pacarnya Indi. Faktor keluarga pun menjadi sangat mendukung lebih percaya diri bagi orang yang mengalaminya,” ucap dia.
Jalan Cerita
Film ini bercerita tentang Indi, seorang gadis periang yang didiagnosa mengidap penyakit skoliosis ketika di bangku SMP. Sebelum masuk SMA dia berlibur ke Jakarta, dan berkenalan dengan Mika lewat sebuah pertemuan tak terduga. Mereka lalu menjadi teman dekat. Mika yang cuek, seru dan berani selalu punya cara untuk membuat Indi merasa bahagia di tengah siksaan penyakit yang diidapnya.
Indi menutupi hubungannya dengan Mika dari sang ibu (Donna Harun) karena dia tahu ibunya tidak suka dengan Mika yang jauh lebih tua dan bertato. Ketika hubungan mereka semakin dekat, Mika mengungkapkan satu rahasia tentang dirinya, bahwa ia mengidap penyakit AIDS.
Masalah mulai berdatangan ketika kondisi Mika yang semakin lemah dan masa lalunya mulai terungkap. Mika mundur dan meninggalkan Indi dengan penuh pertanyaan. Mika tahu waktunya telah dekat dan tidak mau Indi nanti merasa lebih sakit. Dibalik kesedihan Indi setelah ditinggal Mika, dia tahu bahwa Mika justru membuatnya semakin hidup dan berusaha untuk mengalahkan kondisi kesehatannya. [suarapembaruan.com-H-15]
Film ini berdasarkan kisah nyata yang diadaptasi dari novel laris berjudul “Waktu Aku Sama Mika” dan “Karena Cinta Itu Sempurna” karangan Indi. Sebuah drama cerita yang menampilkan dilema romantisme antara pasangan kekasih yang masing-masing memilki penyakit cukup kronis.
Sang pria, Mika (Vino G Bastian) terkena HIV/AIDS, dan sang wanita, Indi (Velove Vexia) terkena penyakit langka skoliosis.
Menurut aktris Velove, film tersebut mengangkat kisah kehidupan sehari-hari, tanpa perlu mendikte penonton. Kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping atau biasa disebut skoliosis bisa terjadi pada siapa saja. Hal itu terjadi karena kebiasaan yang kurang baik baik pada duduk, tidur maupun aktivitas lainnya.
“Saya mau berperan dalam film Mika ini karena sangat terasa kesehariannya yang tidak dibuat-buat. Terkadang kita tidak menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan, termasuk tulang belakang. Kisah ini memberi informasi penting karena masih banyak masyarakat yang belum paham akan penyakit skoliosis,” katanya di Berita Satu Plaza, Jakarta, Senin (14/1).
Dalam film hasil produksi Investasi Film Indonesia dan First Media Production yang disutradarai Lasja F. Susatyo, Indi mengalami kelainan tulang yang berbentuk “s” hingga menonjol keluar dengan kemiringan 38 derajat. Sebagai gadis remaja, aktivitasnya menjadi sangat terbatas karena harus mengenakan besi penyangga tubuh (brace) selama 23 jam setiap hari.
Namun hidup Indi yang kelam berubah penuh warna setelah bertemu dengan cowok bernama Mika, meskipun belakangan diketahui ia mengidap penyakit HIV. Film ini juga dibintangi oleh Izur Muchtar, Donna Harun, Dallas Pratama dan Framly Nainggolan.
“Dari film ini, saya jadinya lebih menjaga pola kehidupan sehari-hari. Bahkan demi kesempurnaan film, saya harus menurunkan berat badan hingga 3 kg. Film yang menginspirasi ini juga memberitahu agar kita harus jauh-jauh dari jerat narkoba dan seks bebas,” ungkap bintang “Cewek Gokil” itu.
Film yang berdurasi 108 menit dan diproduseri oleh Adiyanto Sumarjono dan Henry Riady tersebut, menjanjikan persembahan sinema yang sangat menyentuh dan membanggakan bagi industri film Indonesia. Rencananya film Mika akan rilis pada 17 Januari 2013 mendatang di seluruh Indonesia.
Senada dengan itu, Izur menegaskan penyakit skoliosis dan HIV/AIDS bisa terjadi pada pada siapa saja. Hal itu bisa terjadi karena kesalahan yang dibuat. Film ini mengingatkan, orang-orang yang belum beruntung dan terkena penyakit tersebut, jelas membutuhkan perhatian.
”Kita ingin perlihatkan, bahwa semua orang yang belum beruntung punya hak untuk bahagia. Orang yang tidak sempurna pun, bisa berkarya. Di film ini, jelas bahwa Mika berusaha membahagiakan orang lain yakni pacarnya Indi. Faktor keluarga pun menjadi sangat mendukung lebih percaya diri bagi orang yang mengalaminya,” ucap dia.
Jalan Cerita
Film ini bercerita tentang Indi, seorang gadis periang yang didiagnosa mengidap penyakit skoliosis ketika di bangku SMP. Sebelum masuk SMA dia berlibur ke Jakarta, dan berkenalan dengan Mika lewat sebuah pertemuan tak terduga. Mereka lalu menjadi teman dekat. Mika yang cuek, seru dan berani selalu punya cara untuk membuat Indi merasa bahagia di tengah siksaan penyakit yang diidapnya.
Indi menutupi hubungannya dengan Mika dari sang ibu (Donna Harun) karena dia tahu ibunya tidak suka dengan Mika yang jauh lebih tua dan bertato. Ketika hubungan mereka semakin dekat, Mika mengungkapkan satu rahasia tentang dirinya, bahwa ia mengidap penyakit AIDS.
Masalah mulai berdatangan ketika kondisi Mika yang semakin lemah dan masa lalunya mulai terungkap. Mika mundur dan meninggalkan Indi dengan penuh pertanyaan. Mika tahu waktunya telah dekat dan tidak mau Indi nanti merasa lebih sakit. Dibalik kesedihan Indi setelah ditinggal Mika, dia tahu bahwa Mika justru membuatnya semakin hidup dan berusaha untuk mengalahkan kondisi kesehatannya. [suarapembaruan.com-H-15]