Film "Innocence of Muslims" Yang Mematikan
Serangan roket, granat, penjarahan, hingga pembakaran di dalam kompleks Kantor Konsulat Amerika Serikat di Benghazi, Libya, Selasa, menewaskan kepala perwakilan Amerika Serikat di sana, John Christopher Stevens, dengan cara mengenaskan. Dia jadi korban tidak langsung dari pembuatan dan peluncuran film Innocence of Muslims, yang bikin berang muslimin di Timur Tengah.
Stevens menjadi duta besar pertama Amerika Serikat yang tewas akibat serangan demonstran atau teroris dalam 33 tahun terakhir sejarah negara itu, setelah Adolph Dubs di Afghanistan pada 1979, Francis E Meloy Jr (Lebanon/1976), Rodger P Davies (Siprus/1974), Cleo A Noel Jr (Sudan/1973), dan John Gordon Mein (Guatemala/1968).
Innocence of Muslims, film parodi berdurasi sekitar 20 menit itu dibuat warga Amerika Serikat keturunan Israel, Sam Bacile, yang diluncurkan di jejaring virtual YouTube. Kisahnya --secara garis besar-- menggambarkan sosok Nabi Besar Muhammad SAW secara fisik, lengkap dengan dialog-dialog langsung, interaksinya, dan berbagai hal lain yang tidak patut diutarakan dalam media ini.
Bacile kini kabur dalam persembunyiannya walau masih sempat berujar sinis terhadap pihak-pihak yang memprotes film buatannya itu.
Dalam ajaran Islam, melukiskan sosok fisik Nabi Besar Muhammad SAW saja sudah satu hal yang diharamkan apalagi jika memberi imaji-imaji yang bertentangan dengan kaidah dan dogma agama wahyu itu. Media berbasis di Amerika Serikat, Wall Street Journal, menyatakan Bacile melibatkan sementara komunitas agama tertentu di Mesir.
Di Kairo, Mesir, demonstrasi keras terjadi di kantor perwakilan Amerika Serikat di sana. Demonstrasi bersenjata serupa di Kairo itulah yang terjadi di Benghazi, saat Stevens (kelahiran California pada April 1960) berada di dalam kompleks Konsulat Amerika Serikat itu. Bersama dia, turut tewas tiga warga senegaranya, di antaranya pejabat Manajemen Pelayanan Informasi Luar Negeri AS, Sean Smith. Stevens tewas di samping Smith.
Stevens sebetulnya sempat diusahakan diselamatkan oleh beberapa warga Benghazi dan hal itu diabadikan seorang fotografer AFP. Pada Januari 2012, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, melantik Stevens; seseorang yang diyakini Clinton sabar dan cerdas serta pas untuk pos Tripoli itu. "Saya ingin perdamaian di bagian dunia ini…," kata Stevens dalam rekaman video penugasannya di Tripoli, sekali waktu.
Di balik pembuatan Innocence of Muslims itu, disebut-sebut nama seorang imam agama tertentu asal Florida, Terry Jones, yang dianggap menjadi promotornya. Dia seorang fundamentalis dari agama itu, dan sempat terlibat dalam pembakaran Kitab Suci Al Quran di Florida, dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan setempat atas aksinya itu.
Fakta menarik terkait penyebaran Innocence of Muslims pada Selasa itu, peringatan 11 tahun 9/11 dilaksanakan di bekas Gedung WTC, New York, dan Pentagon. Hampir 3.000 nama korban jiwa ada dalam pahatan monumen peringatan 9/11 yang ditimpakan dilakukan oleh Al Qaeda. Bedanya kali ini, tidak ada satupun pidato dari pejabat resmi diucapkan, tidak juga dari Presiden Amerika Serikat, Barack Obama; bahkan untuk membaca sekelumit daftar nama itu.
Demikianlah, kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat tanpa memerhatikan sensitivitas keyakinan kembali memakan korban. Tidak tertutup kemungkinan menimbulkan konflik baru yang tidak perlu terjadi sebenarnya. Duta Besar Chris Stevens dan beberapa yang lain, kali ini menjadi korban itu…
Stevens menjadi duta besar pertama Amerika Serikat yang tewas akibat serangan demonstran atau teroris dalam 33 tahun terakhir sejarah negara itu, setelah Adolph Dubs di Afghanistan pada 1979, Francis E Meloy Jr (Lebanon/1976), Rodger P Davies (Siprus/1974), Cleo A Noel Jr (Sudan/1973), dan John Gordon Mein (Guatemala/1968).
Innocence of Muslims, film parodi berdurasi sekitar 20 menit itu dibuat warga Amerika Serikat keturunan Israel, Sam Bacile, yang diluncurkan di jejaring virtual YouTube. Kisahnya --secara garis besar-- menggambarkan sosok Nabi Besar Muhammad SAW secara fisik, lengkap dengan dialog-dialog langsung, interaksinya, dan berbagai hal lain yang tidak patut diutarakan dalam media ini.
Bacile kini kabur dalam persembunyiannya walau masih sempat berujar sinis terhadap pihak-pihak yang memprotes film buatannya itu.
Dalam ajaran Islam, melukiskan sosok fisik Nabi Besar Muhammad SAW saja sudah satu hal yang diharamkan apalagi jika memberi imaji-imaji yang bertentangan dengan kaidah dan dogma agama wahyu itu. Media berbasis di Amerika Serikat, Wall Street Journal, menyatakan Bacile melibatkan sementara komunitas agama tertentu di Mesir.
Di Kairo, Mesir, demonstrasi keras terjadi di kantor perwakilan Amerika Serikat di sana. Demonstrasi bersenjata serupa di Kairo itulah yang terjadi di Benghazi, saat Stevens (kelahiran California pada April 1960) berada di dalam kompleks Konsulat Amerika Serikat itu. Bersama dia, turut tewas tiga warga senegaranya, di antaranya pejabat Manajemen Pelayanan Informasi Luar Negeri AS, Sean Smith. Stevens tewas di samping Smith.
Stevens sebetulnya sempat diusahakan diselamatkan oleh beberapa warga Benghazi dan hal itu diabadikan seorang fotografer AFP. Pada Januari 2012, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, melantik Stevens; seseorang yang diyakini Clinton sabar dan cerdas serta pas untuk pos Tripoli itu. "Saya ingin perdamaian di bagian dunia ini…," kata Stevens dalam rekaman video penugasannya di Tripoli, sekali waktu.
Di balik pembuatan Innocence of Muslims itu, disebut-sebut nama seorang imam agama tertentu asal Florida, Terry Jones, yang dianggap menjadi promotornya. Dia seorang fundamentalis dari agama itu, dan sempat terlibat dalam pembakaran Kitab Suci Al Quran di Florida, dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan setempat atas aksinya itu.
Fakta menarik terkait penyebaran Innocence of Muslims pada Selasa itu, peringatan 11 tahun 9/11 dilaksanakan di bekas Gedung WTC, New York, dan Pentagon. Hampir 3.000 nama korban jiwa ada dalam pahatan monumen peringatan 9/11 yang ditimpakan dilakukan oleh Al Qaeda. Bedanya kali ini, tidak ada satupun pidato dari pejabat resmi diucapkan, tidak juga dari Presiden Amerika Serikat, Barack Obama; bahkan untuk membaca sekelumit daftar nama itu.
Demikianlah, kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat tanpa memerhatikan sensitivitas keyakinan kembali memakan korban. Tidak tertutup kemungkinan menimbulkan konflik baru yang tidak perlu terjadi sebenarnya. Duta Besar Chris Stevens dan beberapa yang lain, kali ini menjadi korban itu…
sumber : kompas.com