Tidak akan masuk surga jika di dalam hati seorang hamba terdapat kesombongan sebesar biji zarah. Adapun makna arti sebuah kesombongan yang sebenarnya masih belum jelas di pahami. Sehingga membuat hati ini selalu was-was, jangan-jangan di hati ini ada sebuah kesombongan yang tidak disadari. Banyak yang bilang bahwa sombong itu adalah jika di panggil tidak menoleh, ada juga yang bilang bahwa sombong itu adalah orang yang suka pamer, dan masih banyak lagi, Kalau makna kesombongan seperti yang di sebutkan, maka semua orang juga mengalami bersikap sombong. Tetapi setelah ada sebuah hadits masyur (sudah kita kenal) yang menyebutkan makna sombong sebenarnya, dan ini cukup memperjelas makna arti sombong, yang selama ini masih rancu untuk ku pahami.
Sombong adalah suatu sikap yang menolak sebuah kebenaran dan meremehkan orang lain.
Poin pertama, sombong adalah sikap menolak kebenaran.
Sikap menolak kebenaran sudah di lakukan oleh kaum qurais di zaman Rosululloh, dimana mereka menolak semua kebenaran yang di sampaikan oleh Nabi kita Muhammad Shalallohu Alaihiwassalam. Dan sikap ini juga sering di lakukan orang-orang yang fanatik kepada seorang yang di anggap ahli ibadah. Ketahuilah di haramkan bagi kita untuk mematuhi perkataan siapapun jika perkataannya menyelisihi firman Allah dan menyelisihi sabda rosululloh. Kalau perkataannya sesuai dengan Al-Qur'an dan Al-hadits maka wajib bagi kita mengikutinya. Tetapi yang menjadi permasalahan sekarang, banyak orang fanatik kepada salah satu tokoh atau suatu adat kebiasaan, sehingga pada saat dinasehati tentang suatu kebenaran yang di ambil dari Al-Qur'an dan Al-Hadits maka dia menolak karena menyelisihi adat dan para tokohnya. Apakah ini tidak termasuk kesombongan..???
Poin kedua, sombong adalah sikap meremehkan orang lain.
Yang kedua ini sangat berkaitan dengan poin yang pertama, setelah kebenaran di sampaikan maka ujung-ujungnya dia meremehkan orang yang menyampaikan kebenaran, karena dia tidak memiliki hujjah (alasan) kuat untuk menolak kebenaran maka dia meremehkan orang yang menyampaikan kebenaran.
Jadi adakah di hati kita menolak sebuah kebenaran...? adakah di hati kita meremehkan orang lain...? Jika ada.. maka seberapa besarkan kesombongan yang bersarang di dalam dada kita...?? Jika kesombongan sebesar biji zarah tidak masuk surga, bagaimana jika sebesar gunung...?
Semoga semua kesombongan yang telah kita lakukan di ampunkan oleh Allah.. dan kita berharap bisa menjadi hamba yang "Sami'na Wa Atho'na" aku mendengar kebenaran dan aku mentaati kebenaran. Timbangan kebenaran adalah dari Al-Qur'an dan Al-Hadits bukan dari dugaan seorang manusia, juga bukan dari adat istiadat suatu kaum.